Sebuah pertanyaan kecil yang sampai sekarang ini masih merentang tak berjawab, sampai sekarang ini pertanyaan itu menjadi sebuah tanda tanya besar, hingga rentang panjangnya waktu yang berjalan tak pernah ada jawaban disana, pertanyaan yang selalu ada setiap kali kita sendirian merenungi dari keluh kesah dibenak kita selama ini, apa yang menjadi menu dari tujuan usia-usia ini kita habiskan, tak terasa berlalu begitu lama tenggelam menghabiskan berlalunya masa, temaramnya senja yang silih berganti tak sengaja kita mengumpulkan keringnya keriput diwajah dan berhasil sebagai pengcolleksi uban putih terbanyak dan sibuk memelihara asam urat dan odema disana sini, Inikah perjalanan alam dengan segala bentuk hukum alam, yang kesemuanya akan mengalami perubahan-perubahan yang bergelayut di diri kita, merenungi dari tiada menjadi ada dan kembali tiada, dari perkembangannya perjalanan kehidupan kecil meggapai dewasa merangkak menua dan kembali melemah lunglai berakhir terkapar tertimbun di gundukan tanah, perjalanan yang kita lalui sangat berliku dan amatlah panjang, lalu apa yang kita perbuat dengan keadaan ini - adanya kita di hidupkan dimuka bumi berpuluh tahun bahkan ratusan tahun bertahan di muka bumi ini, misi apa yang hendaknya kita kerjakan. Sudahkah kita mendekatkan diri ini sedekat mungkin kepada si pemilik
alam ini ? atau mendekatkan diri hingga tak terlihat oleh orang lain,
tak terlihat dan bersembunyi di gelapnya menggigilnya malam sampai membawa sujudmu di
peraduan tersungkur tuk bersimpuh, ketika terlihat saat engkau rentangkan tangan
bertengadah terlihat sesenggukan mata sembabmu mengeluarkan air
mata sajadah. Sudahkah kita menyadarinya bahwa diri kita jasad dari tubuh wadak awak gempal yang kita miliki ini adalah pada dasarnya akan di kembalikan ke asal muasalnya ke perut bumi, manusia ini akan terbagi - bagi dari jasad - jasad yang terpisah, jasad tubuh akan terbagi - bagi menjadi bahagian - bahagian yang berbeda, jasad ini akan terbagi dari beberapa bahagian-bahagian yang harus di kembalikan kepada pemilikNya yaitu kepada Allah SWT. benarkah demikian ? benarkah tubuh kita akan di wejing - wejing tak karuan dengan bagian-bagian yang terpisahkan dan ini memang benar - benar terjadi dan tubuh anda siap - siap di mutilasi sesuai bagian-bagian tertentu sesuai bagian-bagian yang telah di tentukan, anda akan terkesima akan contoh berikut seperti adanya, sebagaimana yang di kisahkan Lukmanul Hakim pada anaknya :
Dimana manusia itu akan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian - bagian diantaranya : adalah 1/3 yang pertama untuk Allah Azza Wajalla, 1/3 kedua untuk kita sendiri dan 1/3 ketiga adalah untuk ulat - ulat pemakan daging saat tubuhmu tumbang di tanah . Ada apa dengan pembagian-pembagian dari tubuh kita ini, mengapa ada pembagian-pembagian dari tubuh kita ini untuk apa ? kita tak pernah mengira bahwa bagian-bagian itu sangat menentukan untuk memberikan i'tibar kepada diri kita sendiri, ada perubahankah di keyakinan kita akan bertambahkan keimanan kita kepadaNya, sudahkah kita siap menghadapi semua itu, dengan tak henti-hentinya mencari bekal sebanyak-banyaknya dan mencari selimut tebal untuk menghadapi akan segala ribuan prahara di alam - alam maksyar nanti. Mengumpulkan setiap jengkal nafas untuk berlabuh mengiba agar juntaian-juntaian khilaf semasa dahulu berubah dengan deburan-deburan cahaya ghoffar. Mengingat pembagian yang terperinci ini, seakan membawa kita kepada sebuah tontonan pada saat simulut kecil bungkam seribu bahasa tak dapat lagi bicara di persidangan PTA Pengadilan Tinggi Akherat. Menangkap pembagian 1/3 bagian pertama setelah jasad rusak kemudian roh-roh bertaburan melesat di alam raya, dan roh-roh pilihanlah yang akan dipersembahkan keharibaan Allah SWT, roh-nya orang-orang mu'min dan orang yang beramal sholeh (roh-nya orang-orang baik) akan menempatkanNya di tempat- tempat surga Illiyyin (suatu tempat yang tinggi), sedangkan roh-nya orang-orang kafir (orang yang menyekutukan Allah) maka roh-roh itu dilemparkan dijebloskan ditempatkan di tempat yang bernama Sijjin (suatu tempat yang seburuk-buruk tempat di Naar). Kemudian 1/3 bagian kedua dari tubuh kita adalah berupa amal-amal ibadah yang kita kerjakan semasa di dunia, kebaikan atau perbuatan buruk yang kita lakukan di sepanjang perjalanan kehidupan kita, untuk dipertanggung jawabkan dari semua titik jenuh apa yang kita kerjakan, apakah medapatkan pahala - pahala bertimbang yang berujung khusnul-khotimah atau sebaliknya mendapatkan balasan-balasan hampa shu'ul-khotimah. Sedangkan 1/3 yang terakhir adalah bagian-bagian dari tubuh kita dimana tubuhmu akan diporak-porandakan oleh ulat-ulat dan belatung yang mengurai tubuhmu, dan hanya tubuh orang-orang tertentu saja yang tidak di hinggapi oleh belatung-belatung dan ulat-ulat yang ada di dalam tanah, diantaranya adalah penghafal Al-qur'an - penyeru adzhan dan iqomah - jihat fisabilillah - dan lain-lain. Saatnya berdo'a agar yang kita bawa dari bekal - bekalmu yang kamu gendong dan pikul lebih dari cukup melewati setiap perjalanan di di shirot - shirot ini.
Memaknai bagian-bagian tubuh dari nasehat yang di contohkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya apakah hal ini bisa menjadi pegangan hidup bagi tebalnya seseorang untuk meningkatkan taqwa seseorang kepadaNya atau hanya sebagai pengetahuan dasar yang bahkan tak berimbas ke dasar hati yang paling dalam, apa hanya cuman dipermukaan hati saja yang batas hati kita ini sekeras batu-alam bila di perintahkan sesuatu yang ma'ruf, lantas landasan apa untuk mengukur seseorang untuk menempati tingkat taqwa seseorang muslim dengan muslim lainnya di tingkat taqwa dari sederajat yang lebih, apa yang harus di pegang dalam prinsip keyakinan yang kita capai untuk melihat perkembangan tingkat taqwa yang sesungguhnya, akan berkembangkah taqwa seseorang atau berkurangkah taqwa seseorang, berkembangnya dan berkurangnya akan taqwa seseorang yang di memiliki adalah dilihat dari tinggi lemahnya iman keyakinan seseorang kepada Allah. Lalu dengan menggunakan tolok ukur apa untuk menilai seseorang menjadi orang-orang yang muttaqiin (orang-orang pilihan yang bertaqwa), karna ada tingkatan-tingkatan taqwa bagi orang-orang awam - tingkatan taqwa bagi orang-orang yang khusus dan ketaqwaan bagi orang-orang yang khususil khusus.
Taqwa Bagi Orang Awam
Mengapa harus ada tingkatan-tingkatan taqwa disini, bisakah artian taqwa dilihat dari keadaan dan prilaku seseorang setiap harinya, apakah ini adalah sebuah anggapan untuk memberikan sebuah arti taqwa dari yang awam dan yang khusus, karena ada beberapa artian taqwa untuk orang-orang biasa diantaranya adalah bahwa taqwa bagiang-orang awam (orang-orang biasa seperti kita dari kebanyakan moeslim) adalah : (nglakoni printah ngedohi cegah) - Melaksanakan perintah Allah dengan menjahui segala laranganNya. Sebuah Action perintah yang tak bisa di anggap sepele mudah di ungkapkan dan sulit dilakukan dan ini adalah sebuah renungan yang amat berat untuk dikerjakan, karna melaksanakan perintah Allah adalah melaksanakan dari segala aturan-aturan yang diperintahkan dari segala konskuensinya, melaksanakan hukum-hukum yang berlaku semua hukum yang ada akan di ta'ati dan dilaksanakan, tatanan atau aturan-aturan agama harus diindahkan dari semua perintah yang kesemuanya harus dikerjakan, melaksanakan perintah Allah adalah mengerjakan dan mematuhi perintah-perintah yang bersumber dari ayat-ayat Allah yang ditetapkan. Setelah melaksanakan semua yang diperintahkan dari aturan-aturanNya kemudian selanjutnya yang teresensi adalah menjahui dari segala larangan-larangannya. Adalah sebuah rangkaian yang disana ada buah-keta'atan dari sebuah perintah itu sendiri. Apabila seseorang sudah menjalankan perintah-perintah yang digariskan akan tetapi mereka mengerjakan larangan-laranganNya, maka orang ini tidaklah dinamakan orang-orang taqwa, ia keluar dari ma'na taqwa itu sendiri. Begitu pula sebaliknya menjahui segala larangan-larangannya yang ditentukan dari aturan-aturan Rule Of The Law Allah, akan tetapi mereka tidak melaksanakan perintah-perintahNya maka orang tersebut keluar dari aturan dan tatanan yang berlaku, sehingga mereka ini tidak dikatakan sebagai orang-orang yang ittaqi. Disamping melaksanakan perintah Allah, juga melaksanakan aturan-aturan Nabi dengan memelihara aturan-aturan agama yang kita yakini dengan mengikuti jejak langkah nabi dari ucapan dan perbuatanNya. Disini menjadi batas taqwa bagi orang-orang biasa atau awam apakah bisa melaksanakan perintah yang sesungguhnya dan menjahui segala laranganNya atau melaksanakan dengan tanda kutip " setengah-setengah melaksanakan perintah Allah dan setengah-setengah menjahui segala laranganNya " Relakah anda ini dijuluki dengan julukan orang-orang AWAM ABANGAN karna melaksanakan perintah dengan setengah-setengah melaksanakan amar ma'ruf dengan tidak semaksimal mungkin, melaksanakan perintah yang kurang sempurna, sehingga akan ada anggapan oleh mereka bahwa akan terjadinya lemahnya iman seseorang untuk menjalankan perintah-perintahNya larangan-laranganNya dengan mempermainkan kaidah-kaidah syar'i yang sembrono " yo nglakoni sembahyang-sholat yo nglakoni lakon dowso " Bila kita tidak dicap sebagai orang awam dengan tanda kutip, maka perlihatkanlah jihadmu di jalan Allah, perlihatkanlah ketaatanmu yang sungguh-sungguh dengan jalan kaffah. Mempelajari islam dengan kesempurnaan iman yang tinggi menjalankan sesuai perintah-perintahNya dan menjahui segala larangan-larangan yang digariskan didalam alqur'an dan sunnah rosulullah secara sam'an watho'atan.
Taqwa Bagi Orang-Orang Khusus
Disamping mereka melaksanakan perintah Allah dan menjahui segala larangannya melaksanakan amar ma'ruf dengan sungguh-sungguh melaksanakan totalitas dengan seksama, juga mengartikan taqwa mereka dengan bersyukur kepada Allah, mensyukuri atas apa yang telah diberikan Allah dan bertawakkal apa yang belum diterimanya, serta sabar didalam kehidupannya. mereka juga mengartikan taqwa adalah Tadarru' - Qona'ah - Waro' - Yaqiin (Taqwa). Apa itu taqwa dari artian sebuah kalimah tadhorru' (merendahkan diri dari dihadapan Allah) yaitu akan merasa hina dan lemahnya dihadapan Allah semata, dengan segala kelemahannya dan kedloifannya ini sebagai alat untuk merogoh hubbullah menuju makna cinta akan Allah, disana ada seonggok gumpalan daging yang berupa hati untuk selalu terus dan taat senantiasa berdesah syukur didalam kehidupannya, terutama syukur didalam do'a-doa yang dipanjatkannya. sabar di dalam do'a -do'anya yang di pohonkan. akan lebih mendekatkan mereka dengan ma'rifat kepada Allah. Mereka menamakan dengan syukur-do'a yaitu doa yang selalu di panjatkan tanpa mengenal lelah tanpa melihat apakah doa yang dipanjatkan diterima apa tidak itu adalah Haqullah, apakah Allah menerima doaNya apa tidak menerima doaNya mereka tetap selalu tanpa henti-hentinya menyerahkan syukur doanya kepadaNya. Dengan tadhorru' / ndepe-ndepe memohon akan kekurangan sebagai insan yang lemah akan keagungan Allah, dengan dilakukan secara istiqomah dan terus menerus maka akan muncul sifat-sifat yang lain yang diantaranya akan bermunculan sifat-sifat qona'ah dengan sendirinya yaitu - sifat nerimo ing pandum (sederhana menerima apa adanya), menerima apa yang sudah menjadi bagian dari titipan Allah kepadanya, selalu melihat ke bawah dan tidak melihat keatas dalam urusan dunia, dan apabila menghadapi urusan akherat mereka akan malu apabila ada seorang pemuda memiliki sifat qona'ah di setiap perbuatannya, keirian dari sifat itu karna sifat ini menunjukkan kesempurnaan iman dan uangkapan ridlo - kerelaan dari ukuran yang sudah menjadi bagian yang diberikan, mereka takut kepada Allah apabila kesempurnaan yang ia miliki dicabut dari si empuNya, Sehingga mereka ini tak mau apabila keimanan - keridlo'an yang diberikan oleh Allah berkurang sedikitpun, banyak dari sebagian dari mereka tak ayal melakukan perbuatan-perbuatan yang suci - doa - doa yang ditaburkan bahkan diluar dari nalar kita, perbuatan-perbuatan yang dilakukan ini orang lain menyebutnya dengan perbuatan JADZAB. kegilaan dalam berdoa orang menyebutnya dengan jadzab ini adalah cara doa orang - orang melakukan doa - doa kepada Allah lain dari pada yang lain seperti mimpi didalam mimpi hanya orang-orang tertentu yang bisa memaknai orang-orang special ini. Dan yang terakhir ini adalah taqwa bersumber dari huruf Ya yaitu Yaqin (meyakini kebenaran ajaran-ajaran Islam) yaqin adalah dimana manusia didalam hatinya mencapai kesempurnaan yang tertinggi didalam ilmunya, keyakinan adalah sebuah ruh dari pada iman seseorang untuk menyakini sesuatu dibalik keagungan Allah. seperti apa yang di nukilkan dari Ibnu qoyyim : " yakni Yakin dari iman seperti kedudukan roh dan jasadnya, orang bertingkat-tingkat keimanannya dengan perbedaan rasa yakin ini " dikutip dari ( madarij As saliki 2/397)
Yakin didalam hati / iman seseorang akan Allah, yakin akan janji-janji Allah, yakin akan semua yang diciptakan Allah, yakin surga diperuntukkan disuguhkan oleh orang-orang yang bertaqwa, dan yakin bahwa neraka diperuntukkan oleh orang-orang yang kafir. Keyakinanmu yang kamu miliki dari seorang hamba Allah dari orang moslem adalah bersumber dari Ilmu yaqin - Ainul yaqin - Haqul yaqin. Dimana ilmu yaqin yang kita miliki adalah dibangun dari ilmu-ilmu yang kita pelajari di setiap serapan keyakinan yang kita pelajari seperti kita mengetahui adanya surga dan neraka melalui perjalanan isro' mi'roj nabi besar Muhammad SAW. Ainul yaqin adalah dibangun dengan melihat langsung adanya surga - neraka karna keyakinan dan iman kita yang bersumber kepada keyakinan mata hati yang diperoleh secara langsung melalui isyaroh-isyaroh yang di contohkan Nabi. Haqqul yaqin dibangun dengan merasakan sendiri secara langsung akan ketentuan yang haq yang sebenar - benarnya terjadi tidak ada tipuan dan keraguan yang terjadi, nyata adanya tidak ada keraguan karna haqul yaqin adalah hudan / petunjuk dari orang - orang yang bertaqwa. Berapapun rangking kelas taqwa yang kita miliki adalah sebuah hidayah yang diberikan oleh Allah Azza Wajalla kepada kita, yang harus kita jaga Athiullah (selalu taat kepada Allah) Wa Athii'ur Rosuul (dan taat kepada Rasulullah) Wa Ulil Amri Minkum, walaupun taqwamu dari agamamu dihadapan Allah yang kamu pegang bagai bara dari genggamanmu, tetaplah dengan menggenggam dan menggigit agama - agamamu itu dengan taring - taring dan geraham - gerahammu, semoga kita akan memberikan warna taqwa menjadi orang-orang penggenggam - penggenggam cahaya taqwa dari taqwa yang berkelas Aamiin. fadholi11@gmail.com
Dimana manusia itu akan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian - bagian diantaranya : adalah 1/3 yang pertama untuk Allah Azza Wajalla, 1/3 kedua untuk kita sendiri dan 1/3 ketiga adalah untuk ulat - ulat pemakan daging saat tubuhmu tumbang di tanah . Ada apa dengan pembagian-pembagian dari tubuh kita ini, mengapa ada pembagian-pembagian dari tubuh kita ini untuk apa ? kita tak pernah mengira bahwa bagian-bagian itu sangat menentukan untuk memberikan i'tibar kepada diri kita sendiri, ada perubahankah di keyakinan kita akan bertambahkan keimanan kita kepadaNya, sudahkah kita siap menghadapi semua itu, dengan tak henti-hentinya mencari bekal sebanyak-banyaknya dan mencari selimut tebal untuk menghadapi akan segala ribuan prahara di alam - alam maksyar nanti. Mengumpulkan setiap jengkal nafas untuk berlabuh mengiba agar juntaian-juntaian khilaf semasa dahulu berubah dengan deburan-deburan cahaya ghoffar. Mengingat pembagian yang terperinci ini, seakan membawa kita kepada sebuah tontonan pada saat simulut kecil bungkam seribu bahasa tak dapat lagi bicara di persidangan PTA Pengadilan Tinggi Akherat. Menangkap pembagian 1/3 bagian pertama setelah jasad rusak kemudian roh-roh bertaburan melesat di alam raya, dan roh-roh pilihanlah yang akan dipersembahkan keharibaan Allah SWT, roh-nya orang-orang mu'min dan orang yang beramal sholeh (roh-nya orang-orang baik) akan menempatkanNya di tempat- tempat surga Illiyyin (suatu tempat yang tinggi), sedangkan roh-nya orang-orang kafir (orang yang menyekutukan Allah) maka roh-roh itu dilemparkan dijebloskan ditempatkan di tempat yang bernama Sijjin (suatu tempat yang seburuk-buruk tempat di Naar). Kemudian 1/3 bagian kedua dari tubuh kita adalah berupa amal-amal ibadah yang kita kerjakan semasa di dunia, kebaikan atau perbuatan buruk yang kita lakukan di sepanjang perjalanan kehidupan kita, untuk dipertanggung jawabkan dari semua titik jenuh apa yang kita kerjakan, apakah medapatkan pahala - pahala bertimbang yang berujung khusnul-khotimah atau sebaliknya mendapatkan balasan-balasan hampa shu'ul-khotimah. Sedangkan 1/3 yang terakhir adalah bagian-bagian dari tubuh kita dimana tubuhmu akan diporak-porandakan oleh ulat-ulat dan belatung yang mengurai tubuhmu, dan hanya tubuh orang-orang tertentu saja yang tidak di hinggapi oleh belatung-belatung dan ulat-ulat yang ada di dalam tanah, diantaranya adalah penghafal Al-qur'an - penyeru adzhan dan iqomah - jihat fisabilillah - dan lain-lain. Saatnya berdo'a agar yang kita bawa dari bekal - bekalmu yang kamu gendong dan pikul lebih dari cukup melewati setiap perjalanan di di shirot - shirot ini.
Memaknai bagian-bagian tubuh dari nasehat yang di contohkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya apakah hal ini bisa menjadi pegangan hidup bagi tebalnya seseorang untuk meningkatkan taqwa seseorang kepadaNya atau hanya sebagai pengetahuan dasar yang bahkan tak berimbas ke dasar hati yang paling dalam, apa hanya cuman dipermukaan hati saja yang batas hati kita ini sekeras batu-alam bila di perintahkan sesuatu yang ma'ruf, lantas landasan apa untuk mengukur seseorang untuk menempati tingkat taqwa seseorang muslim dengan muslim lainnya di tingkat taqwa dari sederajat yang lebih, apa yang harus di pegang dalam prinsip keyakinan yang kita capai untuk melihat perkembangan tingkat taqwa yang sesungguhnya, akan berkembangkah taqwa seseorang atau berkurangkah taqwa seseorang, berkembangnya dan berkurangnya akan taqwa seseorang yang di memiliki adalah dilihat dari tinggi lemahnya iman keyakinan seseorang kepada Allah. Lalu dengan menggunakan tolok ukur apa untuk menilai seseorang menjadi orang-orang yang muttaqiin (orang-orang pilihan yang bertaqwa), karna ada tingkatan-tingkatan taqwa bagi orang-orang awam - tingkatan taqwa bagi orang-orang yang khusus dan ketaqwaan bagi orang-orang yang khususil khusus.
Taqwa Bagi Orang Awam
Mengapa harus ada tingkatan-tingkatan taqwa disini, bisakah artian taqwa dilihat dari keadaan dan prilaku seseorang setiap harinya, apakah ini adalah sebuah anggapan untuk memberikan sebuah arti taqwa dari yang awam dan yang khusus, karena ada beberapa artian taqwa untuk orang-orang biasa diantaranya adalah bahwa taqwa bagiang-orang awam (orang-orang biasa seperti kita dari kebanyakan moeslim) adalah : (nglakoni printah ngedohi cegah) - Melaksanakan perintah Allah dengan menjahui segala laranganNya. Sebuah Action perintah yang tak bisa di anggap sepele mudah di ungkapkan dan sulit dilakukan dan ini adalah sebuah renungan yang amat berat untuk dikerjakan, karna melaksanakan perintah Allah adalah melaksanakan dari segala aturan-aturan yang diperintahkan dari segala konskuensinya, melaksanakan hukum-hukum yang berlaku semua hukum yang ada akan di ta'ati dan dilaksanakan, tatanan atau aturan-aturan agama harus diindahkan dari semua perintah yang kesemuanya harus dikerjakan, melaksanakan perintah Allah adalah mengerjakan dan mematuhi perintah-perintah yang bersumber dari ayat-ayat Allah yang ditetapkan. Setelah melaksanakan semua yang diperintahkan dari aturan-aturanNya kemudian selanjutnya yang teresensi adalah menjahui dari segala larangan-larangannya. Adalah sebuah rangkaian yang disana ada buah-keta'atan dari sebuah perintah itu sendiri. Apabila seseorang sudah menjalankan perintah-perintah yang digariskan akan tetapi mereka mengerjakan larangan-laranganNya, maka orang ini tidaklah dinamakan orang-orang taqwa, ia keluar dari ma'na taqwa itu sendiri. Begitu pula sebaliknya menjahui segala larangan-larangannya yang ditentukan dari aturan-aturan Rule Of The Law Allah, akan tetapi mereka tidak melaksanakan perintah-perintahNya maka orang tersebut keluar dari aturan dan tatanan yang berlaku, sehingga mereka ini tidak dikatakan sebagai orang-orang yang ittaqi. Disamping melaksanakan perintah Allah, juga melaksanakan aturan-aturan Nabi dengan memelihara aturan-aturan agama yang kita yakini dengan mengikuti jejak langkah nabi dari ucapan dan perbuatanNya. Disini menjadi batas taqwa bagi orang-orang biasa atau awam apakah bisa melaksanakan perintah yang sesungguhnya dan menjahui segala laranganNya atau melaksanakan dengan tanda kutip " setengah-setengah melaksanakan perintah Allah dan setengah-setengah menjahui segala laranganNya " Relakah anda ini dijuluki dengan julukan orang-orang AWAM ABANGAN karna melaksanakan perintah dengan setengah-setengah melaksanakan amar ma'ruf dengan tidak semaksimal mungkin, melaksanakan perintah yang kurang sempurna, sehingga akan ada anggapan oleh mereka bahwa akan terjadinya lemahnya iman seseorang untuk menjalankan perintah-perintahNya larangan-laranganNya dengan mempermainkan kaidah-kaidah syar'i yang sembrono " yo nglakoni sembahyang-sholat yo nglakoni lakon dowso " Bila kita tidak dicap sebagai orang awam dengan tanda kutip, maka perlihatkanlah jihadmu di jalan Allah, perlihatkanlah ketaatanmu yang sungguh-sungguh dengan jalan kaffah. Mempelajari islam dengan kesempurnaan iman yang tinggi menjalankan sesuai perintah-perintahNya dan menjahui segala larangan-larangan yang digariskan didalam alqur'an dan sunnah rosulullah secara sam'an watho'atan.
Taqwa Bagi Orang-Orang Khusus
Disamping mereka melaksanakan perintah Allah dan menjahui segala larangannya melaksanakan amar ma'ruf dengan sungguh-sungguh melaksanakan totalitas dengan seksama, juga mengartikan taqwa mereka dengan bersyukur kepada Allah, mensyukuri atas apa yang telah diberikan Allah dan bertawakkal apa yang belum diterimanya, serta sabar didalam kehidupannya. mereka juga mengartikan taqwa adalah Tadarru' - Qona'ah - Waro' - Yaqiin (Taqwa). Apa itu taqwa dari artian sebuah kalimah tadhorru' (merendahkan diri dari dihadapan Allah) yaitu akan merasa hina dan lemahnya dihadapan Allah semata, dengan segala kelemahannya dan kedloifannya ini sebagai alat untuk merogoh hubbullah menuju makna cinta akan Allah, disana ada seonggok gumpalan daging yang berupa hati untuk selalu terus dan taat senantiasa berdesah syukur didalam kehidupannya, terutama syukur didalam do'a-doa yang dipanjatkannya. sabar di dalam do'a -do'anya yang di pohonkan. akan lebih mendekatkan mereka dengan ma'rifat kepada Allah. Mereka menamakan dengan syukur-do'a yaitu doa yang selalu di panjatkan tanpa mengenal lelah tanpa melihat apakah doa yang dipanjatkan diterima apa tidak itu adalah Haqullah, apakah Allah menerima doaNya apa tidak menerima doaNya mereka tetap selalu tanpa henti-hentinya menyerahkan syukur doanya kepadaNya. Dengan tadhorru' / ndepe-ndepe memohon akan kekurangan sebagai insan yang lemah akan keagungan Allah, dengan dilakukan secara istiqomah dan terus menerus maka akan muncul sifat-sifat yang lain yang diantaranya akan bermunculan sifat-sifat qona'ah dengan sendirinya yaitu - sifat nerimo ing pandum (sederhana menerima apa adanya), menerima apa yang sudah menjadi bagian dari titipan Allah kepadanya, selalu melihat ke bawah dan tidak melihat keatas dalam urusan dunia, dan apabila menghadapi urusan akherat mereka akan malu apabila ada seorang pemuda memiliki sifat qona'ah di setiap perbuatannya, keirian dari sifat itu karna sifat ini menunjukkan kesempurnaan iman dan uangkapan ridlo - kerelaan dari ukuran yang sudah menjadi bagian yang diberikan, mereka takut kepada Allah apabila kesempurnaan yang ia miliki dicabut dari si empuNya, Sehingga mereka ini tak mau apabila keimanan - keridlo'an yang diberikan oleh Allah berkurang sedikitpun, banyak dari sebagian dari mereka tak ayal melakukan perbuatan-perbuatan yang suci - doa - doa yang ditaburkan bahkan diluar dari nalar kita, perbuatan-perbuatan yang dilakukan ini orang lain menyebutnya dengan perbuatan JADZAB. kegilaan dalam berdoa orang menyebutnya dengan jadzab ini adalah cara doa orang - orang melakukan doa - doa kepada Allah lain dari pada yang lain seperti mimpi didalam mimpi hanya orang-orang tertentu yang bisa memaknai orang-orang special ini. Dan yang terakhir ini adalah taqwa bersumber dari huruf Ya yaitu Yaqin (meyakini kebenaran ajaran-ajaran Islam) yaqin adalah dimana manusia didalam hatinya mencapai kesempurnaan yang tertinggi didalam ilmunya, keyakinan adalah sebuah ruh dari pada iman seseorang untuk menyakini sesuatu dibalik keagungan Allah. seperti apa yang di nukilkan dari Ibnu qoyyim : " yakni Yakin dari iman seperti kedudukan roh dan jasadnya, orang bertingkat-tingkat keimanannya dengan perbedaan rasa yakin ini " dikutip dari ( madarij As saliki 2/397)
Yakin didalam hati / iman seseorang akan Allah, yakin akan janji-janji Allah, yakin akan semua yang diciptakan Allah, yakin surga diperuntukkan disuguhkan oleh orang-orang yang bertaqwa, dan yakin bahwa neraka diperuntukkan oleh orang-orang yang kafir. Keyakinanmu yang kamu miliki dari seorang hamba Allah dari orang moslem adalah bersumber dari Ilmu yaqin - Ainul yaqin - Haqul yaqin. Dimana ilmu yaqin yang kita miliki adalah dibangun dari ilmu-ilmu yang kita pelajari di setiap serapan keyakinan yang kita pelajari seperti kita mengetahui adanya surga dan neraka melalui perjalanan isro' mi'roj nabi besar Muhammad SAW. Ainul yaqin adalah dibangun dengan melihat langsung adanya surga - neraka karna keyakinan dan iman kita yang bersumber kepada keyakinan mata hati yang diperoleh secara langsung melalui isyaroh-isyaroh yang di contohkan Nabi. Haqqul yaqin dibangun dengan merasakan sendiri secara langsung akan ketentuan yang haq yang sebenar - benarnya terjadi tidak ada tipuan dan keraguan yang terjadi, nyata adanya tidak ada keraguan karna haqul yaqin adalah hudan / petunjuk dari orang - orang yang bertaqwa. Berapapun rangking kelas taqwa yang kita miliki adalah sebuah hidayah yang diberikan oleh Allah Azza Wajalla kepada kita, yang harus kita jaga Athiullah (selalu taat kepada Allah) Wa Athii'ur Rosuul (dan taat kepada Rasulullah) Wa Ulil Amri Minkum, walaupun taqwamu dari agamamu dihadapan Allah yang kamu pegang bagai bara dari genggamanmu, tetaplah dengan menggenggam dan menggigit agama - agamamu itu dengan taring - taring dan geraham - gerahammu, semoga kita akan memberikan warna taqwa menjadi orang-orang penggenggam - penggenggam cahaya taqwa dari taqwa yang berkelas Aamiin. fadholi11@gmail.com