Dampak Dari Sebuah Ilmu Yang Kamu Sembunyikan
Seoggok kalimah yang tertanam disanubari kita itu adalah ilmu, ilmu (ilm) adalah satu kata dasar dari bahasa arab dari masdar (alima ya'lamu ilman) mempunyai artian mengetahui atau memahami, ilmu yang ada di dalam hati-fikiran kita yang kita peroleh adalah bersumber dari berbagai kumpulan-kumpulan dari pengetahuan baik pengetahuan agama dan pengetahuan umum (secience). Sumber dari pengetahun yang utama adalah berpulang dari Al-qur'an Hadis Ijma' dan qiyas. Al-qur'an-Hadits pada zaman dahulu banyak memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi ilmuwan-ilmuwan menjadi sebuah illustrasi dan daya fikir tersendiri dan menghubah paras-paras dunia ilmu pengetahun menjadi ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal, ilmuwan yang tak henti-hentinya memberikan suatu temuan-temuan ilmu yang dinamis dan spektaculer lihat saja pengetahuan astronom-fenomena alam - ilmu hayati dan banyak lagi yang lainnya. Akan tetapi bagaimana perkembangan selanjutnya setelah masa keemasan berakhir mereka dari kebanyakan kita selama ini justru memakai ilmu pengetahuan aliran-aliran dari barat dimana pengetahuan barat adalah mensitir dari pengetahuan ilmuwan-ilmuwan yang sudah pernah diketemukan oleh ilmuwan-ilmuwan pada zaman dahulu. Itulah perkembangan ilmu yang sekarang ini semakin deras dalam perkembangannya. Saat ini kita ditantang bagaimanapun ilmu yang masih bercokol di benak kita adalah sebuah ilmu yang harus di sampaikan kepada siapa saja, tidak terkecuali tanpa ada sepenggalpun dari ilmu kita untuk menyembunyikan kepada orang lain yang ingin membutuhkan pencerahan untuk mengetahui akan hal-ihwal yang berkaitan tentang permasalahan ilmu, baik ilmu pengetahuan terutama adalah ilmu agama yang kita geluti bersama, dimana ilmu pengetahun agama banyak memberikan konstribusi untuk menjawab berbagai masalah yang kita hadapi selama ini. Ini ada petikan suatu hadis yang bunyinya begini : (man suila an ilmin fakatamahu uljima yaumal qiyamati bilijamin minan naar) mempunyai artian demikian : " barang siapa ditanya tentang suatu ilmu lalu disembunyikannya, maka orang itu dihari qiyamat akan dikekang dengan kekangan api neraka " (HR. Riwayat Abu Dawud).
Bagaimana kita mensikapi hadits di atas apakah kita harus diam seribu bahasa dan tidak tahu menahu apabila seseorang yang ingin mencari tahu atau menanyakan sesuatu hal kemudian kita tidak memberikan pernyataan sedikitpun diam tak berjawab ? Lalu tugas siapa yang harus menjawabnya dari permasalahan yang daqiqil-ied untuk menjawabnya ? ataukah akan menjawab dengan lantang mengacungkan jari secara rame-rame, itu tugase kiyai dan mubaligh mbah-Ndoli... ya sudah kalau begitu meneng wae mbah ?
Hadits Ini Ditunjukan Kepada Siapa ?
Ini adalah tugas kita bersama dalam menuntut ilmu disemua lini, sehingga kita semua mengerti dan alim / mengerti apa dan permasalahan yang ada di depan kita, dengan mengajak kita kepada kebenaran haq dari yang bathil itu adalah sebuah (amr) perintah kepada yang (ma'ruf) contoh kecil jawaban sederhana untuk menjawab suatu permasalah, permasalahan dari kebenaran yang kita terima adalah tidak bertentangan dari koridor dengan aturan-aturan norma agama yang berlaku. Mengajak kebaikan tanpa melanggarnya itu adalah suatu tugas kita untuk menuju kejalan kebaikan dan menunjukkan jalan yang lurus. Kewajiban mencari ilmu baik laki-laki dan perempuan adalah fardlu ain tak terkecuali, hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ini ditunjukan kepada kita semua muslim, hadits ini ditunjukkan kepada kita untuk selalu dan selalu belajar setinggi-tingginya sehingga kita mempunyai ketinggian derajat ilmu yang kita kuasai dan amalkan, dengan ketinggian ilmu permasalahan yang ada di sekeliling kita akan bisa terjawab secara lebih detail dan sempurna, kita harus semangat menuntut ilmu karenanya ada sebuah perumpamaan bahwa ; "orang yang mencari ilmu kemudian tidak menyampaikan kepada orang lain bagaikan ia mengumpulkan harta tetapi dia tidak menafkahkannya" ini sebuah tugas mulia kepada guru, dosen, kiyai -ustadz untuk selalu memberikan seluruh ilmunya kepada anak didik, mahasiswa dan para santri tanpa terkecuali dan bukan sebaiknya menyembunyikan atau menahan dari satu masalah padahal mereka tahu dan mengerti serta faham akan masalah yang mereka hadapi, atau bahkan mereka malah mempermainkan hukum-hukum Allah yang hollyness. Apabila mereka memberikan kesaksian yang palsu dan sengaja memberikan jawaban yang keliru (menyembunyikan satu jawaban) maka ini hadist nabi menjawabnya dengan jawaban uljima-bilijamin minan naar, di belenggu di lehernya dengan belenggu api dari api-jahiim. Kemudian bagaimana apabila ada suatu permasalahan yang kita hadapi kita tidak bisa membedah mengkoyak permasalahan dan tidak bisa menyelesaikan permasalahan secara detail tidak mampu menjawab solusi itu, karna takut akan terusan hadits nabi yang memberikan sinyal yang begitu dahsyat akan siksaNya? Seperti pada saat nabi menyaksikan ayat hukum rajam .
Tugas Siapa Menjawabnya ?
Bila ada permasalahan yang ghorib-ghorib lebih baik diam atau menahan jawaban sampai waktu yang ditentukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang dipermasalahkan, ini adalah langkah tawadlu' kita pada ilmu yang kita miliki. Kita berikan / bertanya kepada yang mengetahui permasalahan itu bertnaya kepada yang alim (mengerti segala permasalahan) semisal ada orang yang meminta fatwa dari orang yang masuk islam (muallaf) tentu mulai dari mandi besar kemudian berikrar bersahadah tauhkhid dan sahadah rosul, melakukan tata cara sholat maktubah dan rangkaian-rangkaian ibadah lainnya, atau meminta fatwa adanya hukum halal dan haram dan hal ini jangan ada menyembunyikan atau memberikan keterangan dengan memberikan hukum perkataan hukum setengah halal dan setengah hukum haram (berbahaya). Bila kita dimasa nabi kita cukup bertanya kepada belaiu akan tetapi kita hidup dizaman global kita hanya bersandar kepada Al-qur'an dan hadits beliau dan riwayat - qissah hujjahNya yang pernah di paparkan dalam sebuah hadits, dalam hal ini Nabi menjawab hukum rajam oleh para rahib dan pendeta Nashoro :
Orang Yahudi bertanya kepada Rosulullah tentang hukuman rajam , Rosul bertanya ; Apa yang kalian dapati tentang hukum rajam di dalam kitab Taurat, mereka menjawab ; hukumamn pezina di dalam Taurat adalah di umumkan dan dicambuk....Abdullah Bin Salam berkata ; Kalian berdusta, karna didalam Taurat terdapat hukuman rajam (bagi pezina yang telah nikah) kemudia mereka mengambil kitab Taurat dan membukanya lalu salah stu dari mereka menutupkan tangannya pada bagian yang berisi hukuman rajam, sehingga dia hanya membaca ayat sebelum dan sesudahnya, melihat itu, Abdullah Bin Salam berkata ; Angkat tangan mu, maka diapun mengangkat dan ternyata memang ada ayat rajam di Taurat, mereka berkata ; Wahai Muhammad memang benar dalam Taurat maka Rasulullah merajam keduanya. (HR Al-bukhori - Muslim). Sebuah hukuman rajam sampai mati yang diberikan oleh zina mukhson dengan ditanam hidup-hidup sampai batas kepala kemudian di lempari batu sebesar genggaman tangan dewasa tanpa rasa belas kasihan hingga maut menjemput, tsumma na'udlhu billah min dzalik (semoga kita semua dijauhkan dari segala itu semua....Aamiin). fadholi11@gmail.com
Bagaimana kita mensikapi hadits di atas apakah kita harus diam seribu bahasa dan tidak tahu menahu apabila seseorang yang ingin mencari tahu atau menanyakan sesuatu hal kemudian kita tidak memberikan pernyataan sedikitpun diam tak berjawab ? Lalu tugas siapa yang harus menjawabnya dari permasalahan yang daqiqil-ied untuk menjawabnya ? ataukah akan menjawab dengan lantang mengacungkan jari secara rame-rame, itu tugase kiyai dan mubaligh mbah-Ndoli... ya sudah kalau begitu meneng wae mbah ?
Hadits Ini Ditunjukan Kepada Siapa ?
Ini adalah tugas kita bersama dalam menuntut ilmu disemua lini, sehingga kita semua mengerti dan alim / mengerti apa dan permasalahan yang ada di depan kita, dengan mengajak kita kepada kebenaran haq dari yang bathil itu adalah sebuah (amr) perintah kepada yang (ma'ruf) contoh kecil jawaban sederhana untuk menjawab suatu permasalah, permasalahan dari kebenaran yang kita terima adalah tidak bertentangan dari koridor dengan aturan-aturan norma agama yang berlaku. Mengajak kebaikan tanpa melanggarnya itu adalah suatu tugas kita untuk menuju kejalan kebaikan dan menunjukkan jalan yang lurus. Kewajiban mencari ilmu baik laki-laki dan perempuan adalah fardlu ain tak terkecuali, hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ini ditunjukan kepada kita semua muslim, hadits ini ditunjukkan kepada kita untuk selalu dan selalu belajar setinggi-tingginya sehingga kita mempunyai ketinggian derajat ilmu yang kita kuasai dan amalkan, dengan ketinggian ilmu permasalahan yang ada di sekeliling kita akan bisa terjawab secara lebih detail dan sempurna, kita harus semangat menuntut ilmu karenanya ada sebuah perumpamaan bahwa ; "orang yang mencari ilmu kemudian tidak menyampaikan kepada orang lain bagaikan ia mengumpulkan harta tetapi dia tidak menafkahkannya" ini sebuah tugas mulia kepada guru, dosen, kiyai -ustadz untuk selalu memberikan seluruh ilmunya kepada anak didik, mahasiswa dan para santri tanpa terkecuali dan bukan sebaiknya menyembunyikan atau menahan dari satu masalah padahal mereka tahu dan mengerti serta faham akan masalah yang mereka hadapi, atau bahkan mereka malah mempermainkan hukum-hukum Allah yang hollyness. Apabila mereka memberikan kesaksian yang palsu dan sengaja memberikan jawaban yang keliru (menyembunyikan satu jawaban) maka ini hadist nabi menjawabnya dengan jawaban uljima-bilijamin minan naar, di belenggu di lehernya dengan belenggu api dari api-jahiim. Kemudian bagaimana apabila ada suatu permasalahan yang kita hadapi kita tidak bisa membedah mengkoyak permasalahan dan tidak bisa menyelesaikan permasalahan secara detail tidak mampu menjawab solusi itu, karna takut akan terusan hadits nabi yang memberikan sinyal yang begitu dahsyat akan siksaNya? Seperti pada saat nabi menyaksikan ayat hukum rajam .
Tugas Siapa Menjawabnya ?
Bila ada permasalahan yang ghorib-ghorib lebih baik diam atau menahan jawaban sampai waktu yang ditentukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang dipermasalahkan, ini adalah langkah tawadlu' kita pada ilmu yang kita miliki. Kita berikan / bertanya kepada yang mengetahui permasalahan itu bertnaya kepada yang alim (mengerti segala permasalahan) semisal ada orang yang meminta fatwa dari orang yang masuk islam (muallaf) tentu mulai dari mandi besar kemudian berikrar bersahadah tauhkhid dan sahadah rosul, melakukan tata cara sholat maktubah dan rangkaian-rangkaian ibadah lainnya, atau meminta fatwa adanya hukum halal dan haram dan hal ini jangan ada menyembunyikan atau memberikan keterangan dengan memberikan hukum perkataan hukum setengah halal dan setengah hukum haram (berbahaya). Bila kita dimasa nabi kita cukup bertanya kepada belaiu akan tetapi kita hidup dizaman global kita hanya bersandar kepada Al-qur'an dan hadits beliau dan riwayat - qissah hujjahNya yang pernah di paparkan dalam sebuah hadits, dalam hal ini Nabi menjawab hukum rajam oleh para rahib dan pendeta Nashoro :
Orang Yahudi bertanya kepada Rosulullah tentang hukuman rajam , Rosul bertanya ; Apa yang kalian dapati tentang hukum rajam di dalam kitab Taurat, mereka menjawab ; hukumamn pezina di dalam Taurat adalah di umumkan dan dicambuk....Abdullah Bin Salam berkata ; Kalian berdusta, karna didalam Taurat terdapat hukuman rajam (bagi pezina yang telah nikah) kemudia mereka mengambil kitab Taurat dan membukanya lalu salah stu dari mereka menutupkan tangannya pada bagian yang berisi hukuman rajam, sehingga dia hanya membaca ayat sebelum dan sesudahnya, melihat itu, Abdullah Bin Salam berkata ; Angkat tangan mu, maka diapun mengangkat dan ternyata memang ada ayat rajam di Taurat, mereka berkata ; Wahai Muhammad memang benar dalam Taurat maka Rasulullah merajam keduanya. (HR Al-bukhori - Muslim). Sebuah hukuman rajam sampai mati yang diberikan oleh zina mukhson dengan ditanam hidup-hidup sampai batas kepala kemudian di lempari batu sebesar genggaman tangan dewasa tanpa rasa belas kasihan hingga maut menjemput, tsumma na'udlhu billah min dzalik (semoga kita semua dijauhkan dari segala itu semua....Aamiin). fadholi11@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar